Etika Jawa
A. Etika Jawa
1. Menggali
Etika Jawa
Ada dua alasan mengapa suatu penelitian mengenai
etika Jawa, yaitu:
a) Zaman
sekarang ini, khususnya masyarakat jawa, banyak yang merasa asing terhadap
nilai-nilainya sendiri.
Misalnya : dalam
pendidikan formal, tidak seluruhnya diberikan dalam bahasa Indonesia, melainkan
ada unsur kebarat-baratannya. Semua mengacu pada dunia modern.
Masuknya kebudayaan
barat, jika tidak disaring dengan benar-benar, maka kebudayaan Indonesia akan
luntur jika tidak dilestarikan.
b) Alasan
kedua lebih bersifat teoritis.
Etika falsafati saat
ini hampir secara eksklusif dikembangkan pada latar belakang penghayatan moral
di Eropa Utara. Bukankah perhatian terhadap suatu sistem etika dari alam
kebudayaan yang berbeda akan membantu mempersoalkan pengandaian etnosentrisme
implisit dalam etika modern ini?
2. Siapa
itu “Orang Jawa?
Orang jawa ialah orang
yang berdomisili di Pulau Jawa, berbahasa Jawa, dan keturunan orang Jawa.
3. Pengertian
etika Jawa
Etika Jawa dalam arti sempit berarti filsafat
mengenai bidang moral.
Etika Jawa dalam arti
luas berarti keseluruhan norma dan penilaian yang dipergunakan oleh masyarakat
yang bersangkutan untuk mengetahui bagaimana manusia menjalankan kehidupannya.
B.
Kaidah
Dasar Kehidupan Masyarakat Jawa
Menurut
Hildred Geertz, ada dua kaidahh dasar kehidupan masyarakat Jawa, yaitu:
a. Bahwa
dalam setiap situasi manusia hendaknya bersifat sedemikian rupa sehingga tidak
menimbulkan konflik. Kaidah ini disebut prinsip kerukunan.
b. Menuntut
manusia agar dalam bertutur kata dan membawa diri selalu menunjukkan sikap
hormat kepada orang lain.
1) Prinsip
Kerukunan
a. Rukun
Rukun berarti berada
dalam keadaan selaras. Keadaan rukun
terdapat dimana semua pihak berada dalam keadaan damai satu sama lain, suka
bekerja sama, dan saling menerima.
b. Berlaku
rukun
Cara bertindak individu
untuk menomerduakan kepentingan pribadi (mengutamakan kepentingan bersama).
c. Rukun
dan sikap hati
Prinsip kerukunan tidak
menuntut sikap hati yang berlebihan.
Jadi, prinsip kerukunan
tidak berarti bahwa orang Jawa tidak mempunyai kepentingan-kepentingan pribadi,
melainkan suatu mekanisme sosial untuk mengintegrasikan kepentingan-kepentingan
itu demi kepentingan kelompok.
2) Prinsip
Hormat
Cara seseorang dalam bertutur kata
dan membawa diri harus menunjukkan sikap hormat terhadap orang lain.
0 komentar:
Posting Komentar